1. Model Kooperatif
Pelaksanaan
pembelajaran kooperatif merupakan langkah implementasi dari rencana
pembelajaran kooperatif, berisi rincian dari prosedur pembelajaran. Sama dengan
pada prosedur ada empat langkah utama
yang merupakan sintaks dari model pembelajaran kooperatif hasil pengembangan,
yaitu langkah: orientasi, eksplorasi, pendalaman dan penyimpulan. Langkah
Orientasi atau kegiatan awal pembelajaran merupakan langkah untuk mendorong
kelas memusatkan perhatian terhadap pembelajaran; Langkah Eksplorasi atau
kegiatan inti pertama, merupakan langkah untuk mengajak dan mendorong siswa
untuk mencari dan menemukan fakta, pengetahuan, masalah dan pemecahan; Langkah
Pemantapan atau kegiatan inti kedua, merupakan langkah untuk memperdalam,
memperluas, memantapkan, memperkuat penguasaan materi dan kemampuan yang telah
dicapai pada langkah eksplorasi; dan Langkah Penyimpulan atau kegiatan akhir
pembelajaran, merupakan langkah untuk menyimpulkan atau merangkumkan.
2. Model Inkuiri
a. Makna
Pembelajaran Inkuiri
Model
inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang memfokuskan kepada
pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif kritis, dan kreatif.
Inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang dipandang modern yang dapat
dipergunakan pada berbagai jenjang pendidikan, mulai tingkat pendidikan dasar
hingga menengah. Pelaksanaan inkuiri di dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial
dirasionalisasi pada pandangan dasar bahwa dalam model pembelajaran tersebut,
siswa didorong untuk mencari dan mendapatkan informasi melalui kegiatan belajar
mandiri. Model inkuiri pada hakekatnya merupakan penerapan metode ilmiah
khususnya di lapangan Sains, namun dapat dilakukan terhadap berbagai pemecahan
problem sosial. Savage Amstrong mengemukakan bahwa model tersebut secara luas
dapat digunakan dalam proses pembelajaran Social Studies (Savage and Amstrong,
1996). Pengembangan strategi pembelajaran dengan model inkuiri dipandang sanagt
sesuai dengan karakteristik materil pendidikan Pengetahuan Sosial yang
bertujuan mengembangkan tanggungjawab individu dan kemampuan berpartisipasi
aktif baik sebagai anggota masyarakat dan warganegara.
b. Langkah-langkah
Inkuiri
Langkah-langkah
yang harus ditempuh di dalam model inkuiri pada hakekatnya tidak berbeda jauh
dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikembangkan oleh John Dewey
dalam bukunya “How We Think”. Langkah-langkah tersebut antara lain:
- Langkah pertama, adalah orientation, siswa mengidentifikasi masalah, dengan pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari.
- Langkah kedua hypothesis, yakni kegiatan menyusun sebuah hipotesis yang dirumuskan sejelas mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang telah diajukan.
- Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan dalam forum diskusi kelas untuk mendapat tanggapan.
- Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis dipeluas kajiannya dalam pengertian implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut.
- Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan atau pengujian bagi hipotesa tersebut.
- Langkah keenam generalization, pada tahap ini kegiatan inkuiri sudah sampai pada tahap mengambil kesimpulan pemecahan masalah (Joyce dan Weil, 1980).
3. Model Pembelajaran VCT
a. Makna
Pembelajaran VCT
VCT adalah salah satu teknik
pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan pancapaian pendidikan nilai. Djahiri
(1979: 115) mengemukakan bahwa Value Clarification Technique, merupakan sebuah
cara bagaimana menanamkan dan menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari
diri peserta didik. Karena itu, pada prosesnya VCT berfungsi untuk: a) mengukur
atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; b) membina
kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun
yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; c)
menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima
siswa sebagai milik pribadinya. Dengan kata lain, Djahiri (1979: 116)
menyimpulkan bahwa VCT dimaksudkan untuk “melatih dan membina siswa tentang
bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk
kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat”.
b. Langkah
Pembelajaran Model VCT
Berkenaan dengan teknik pembelajaran
nilai Jarolimek merekomendasikan beberapa cara, antara lain:
- Teknik evaluasi diri (self evaluation) dan evaluasi kelompok (group evaluation)
Dalam
teknik evaluasi diri dan evaluasi kelompok pesertadidik diajak berdiskusi atau
tanya-jawab tentang apa yang dilakukannya serta diarakan kepada keinginan untuk
perbaikan dan penyempurnaan oleh dirinya sendiri:
a) Menentukan tema, dari persoalan
yang ada atau yang ditemukan peserta didik
b) Guru bertanya berkenaan yang
dialami peserta didik
c) Peserta didik merespon pernyataan
guru
d)
Tanya jawab guru dengan peserta didik berlangsung terus hingga sampai pada
tujuan yang diharapkan untuk menanamkan niai-nilai yang terkandung dalam materi
tersebut.
- Teknik Lecturing
Teknik
lecturing, dilalukan guru gengan bercerita dan mengangkat apa yang menjadi
topik bahasannya. Langkah-langkahnya antara lain:
a)
Memilih satu masalah / kasus / kejadian yang diambil dari buku atau yang dibuat
guru.
b)
Siswa dipersilahkan memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan menggunakan
kode, misalnya: baik-buruk, salah benar, adil tidak adil, dsb.
c)
Hasil kerja kemudian dibahas bersama-sama atau kelompok kalau dibagi kelompok
untuk memberikan kesempatan alasan dan argumentasi terhadap penilaian tersebut.
- Teknik menarik dan memberikan percontohan
Dalam
teknik menarik dan memberi percontohan (example of axamplary behavior), guru
membarikan dan meminta contoh-contoh baik dari diri peserta didik ataupun
kehidupan masyarakat luas, kemudian dianalisis, dinilai dan didiskusikan.
- Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan
Teknik
indoktrinasi dan pembakuan kebiasan, dalam teknik ini peserta didik dituntut
untuk menerima atau melakukan sesuatu yang oleh guru dinyatakan baik, harus,
dilarang, dan sebagainya.
- Teknik tanya-jawab
Teknik
tanya-jawab guru mengangkat suatu masalah, lalu mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan sedangkan peserta didik aktif menjawab atau mengemukakan
pendapat pikirannya.
- Teknik menilai suatu bahan tulisan
Teknik
menila suatu bahan tulisan, baik dari buku atau khusus dibuat guru. Dalam hal
ini peserta didik diminta memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan kode
(misal: baik – buruk, benar – tidak-benar, adil – tidak-adil dll). Cara ini
dapat dibalik, siswa membuat tulisan sedangkan guru membuat catatan kode
penilaiannya. Selanjutnya hasil kerja itu dibahas bersama atau kelompok untuk
memberikan tanggapan terhadap penilaian.
- Teknik mengungkapkan nilai melalui permainan (games). Dalam pilihan ini guru dapat menggunakan model yang sudah ada maupun ciptaan sendiri.
4. Pendekatan ITM (Ilmu-Teknologi
dan Masyarakat)
a. Kebermaknaan Model Pendekatan ITM
Pendekatan ITM (Ilmu, Teknologi, dan
Masyarakat) atau juga disebut STS (Science-Technology-Society) muncul menjadi
sebuah pilihan jawaban atas kritik terhadap pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
yang bersifat tradisional (texbook), yakni berkisar masih pada pengajaran
tentang fakta-fakta dan teori-teori tanpa menghubungkannya dengan dunia nyata
yang integral. ITM dikembangkan kemudian sebagai sebuah pendekatan guna
mencapai tujuan pembelajaran yang berkaitan langsung dengan lingkungan nyata
dengan cara melibatkan peran aktif peserta didik dalam mencari informasi untuk
meemcahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan kesehariannya.
Pendekatan ITM menekankan pada
aktivitas peserta didik melalui penggunaan keterampilanproses dan mendorong
berpikir tingkat tinggi, seperti; melakukan kegiatan pengumpulan data,
menganalisis data, melakukan survey observasi, wawancara dengan masyarakat
bahkan kegiatan di laboratorium dsb. Oleh karena itu, permasalahan tentang
kemasyarakatan sebagaimana adanya tidak terlepas dari perkembangan ilmu dan
teknologi, dapat dijawab melalui inkuiri. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut
peserta didik menjadi lebih aktif dalam menggali permasalahan berdasarkan pada
pengalaman sendiri hingga mampu melahirkan kerangka pemecahan masalah dan
tindakan yang dapat dilakukan secara nyata. Karena itu, pendekatan ITM
dipandang dapat memberi kontribusi langsung terhadap misi pokok pembelajaran
pengetahuan sosial, khusus dalam mempersiapkan warga negara agar memiliki
kemampuan: a) memahami ilmu pengetahuan di masyarakat, b) mengambil keputusan
sebagai warga negara, c) membuat hubungan antar pengetahuan, dan d) mengingat
sejarah perjuangan dan peradaban luhur bangsanya.
b. Langkah
Pendekatan ITM
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran pendekatan ITM
antara lain:
1.
Menekankan pada paham kontruktivisme, bahwa setiap individu peserta didik,
telah memiliki sejumlah pengetahuan dari pengalamannya sendiri dalam kehidupan
faktual di lingkungan keluarga dan masyarakat.
2.
Peserta didik dituntut untuk belajar dalam memecahkan permasalahan dan dapat
menggunakan sumber-sumber setempat (nara sumber dan bahan-bahan lainnya) untuk
memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah.
3.
Pola pembelajaran bersifat kooperatif (kerja sama) dalam setiap kegiatan
pembelajaran serta menekankan pada keterampilan proses dalam rangka melatih
peserta didik berfikir tingkat tinggi.
4.
Peserta didik menggali konsep-konsep melalui proses pembelajaran yang ditempuh
dengan cara pengamatan (observasi) terhadap objek-objek yang dipelajarinya.
5.
Masalah-masalah aktual sebagai objek kajian, dibahas bersama guru dan peserta
didik guna menghindari terjadi kesalahan konsep.
6. Pemilihan tema-tema didasarakan
urutan integratif.
7.
Tema pengorganisasian pokok dari sejumlah unit ITM adalah isu dan masalah
sosial yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
c. Tahapan
Metode Pendekatan ITM
1. Tahap Eksplorasi
Kegiatan
eksplorasi merupakan tahap pengumpulan data lapangan dan data yang berkaitan
dengan nilai. Peserta didik dengan bantuan LKS secara berkelompok melakukan
pengamatan langsung. Eksplorasi dilakukan guna membuktikan konsep awal yang
mereka miliki dengan konsep ilmiah.
2. Tahap Penjelasan dan Solusi
Dari
data yang telah terkumpul berdasarkan hasil pengamatan, diharapkan peserta
didik mampu memberikan solusi sebagai alternatif jawaban tentang persoalan
lingkungan. Peserta didik didorong untuk menyampaikan gagasan, menyimpulkan,
memberikan argumen dengan tepat, membuat model, membuat poster yang berkenaan
dengan pesan lingkungan, membuat puisi, menggambar, membuat karangan, serta
membuat karya seni lainnya.
3. Tahap Pengambilan Tindakan
Peserta
didik dapat membuat keputusan atau mempertimbangkan alternatif tindakan dan
akibat-akibatnya dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah
diperolehnya. Berdasar pengenalan masalah dan pengembangan gagasan
pemecahannya, mereka dapat bermain peran (Role Playing) membuat kebijakan
strategis yang diperlukan untuk mempengaruhi publik dalam mengatasi
permasalahan lingkungan tersebut.
4. Diskusi dan Penjelasan
Berikutnya
guru dan peserta didik melakukan diskusi kelas dan penjelasan konsep melalui
tahapan sebagai berikut:
·
Masing-masing kelompok melaporkan hasil temuan pengamatan lingkungannya.
·
Guru memberikan kesempatan kepada anggota kelas lainnya untuk memberikan
tanggapan atau informasi yang relevan terhadap laporan kelompok temannya.
·
Guru bersama peserta didik menyimpulkan konsep baru yang diperoleh kemudian
mereka diminta melihat kembali jawaban yang telah disampaikan sebelum kegiatan
eksplorasi.
·
Guru membimbing peserta didik merkonstruksi kembali pengetahuan langsung dari
objek yang dipelajari tentang alam lingkungannya.
5. Tahap Pengembangan dan Aplikasi
Konsep
·
Guru bertanya pada peserta didik tentang hal-hal yang diliahat dalam kehidupan
sehari-hari yang merupakan aplikasi konsep baru yang telah ditemukan.
·
Guru dan peserta didik mendiskusikan sikap dan kepedulian yang dapat mereka
tumbuhkan dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan konsep baru yang telah
ditemukan.
6. Tahap Evaluasi
Pada
tahapan evaluasi, guru memperlihatkan gambar suasana lingkungan yang berbeda
yaitu lingkungan yang terpelihara dan yang tidak terpelihara. Kemudian
menggunakan pertanyaan pancingan pada peserta didik sehingga mampu memberikan
penilaian sendiri tentang keadaan kedua lingkungan tersebut.
7. Kegiatan Penutup
Kegiatan
penutup merupakan kegiatan penyimpulan yang dilakukan guru dan peserta didik
dari seluruh rangkaian pembelajaran. Sebagai bagian penutup, guru menyampaikan
pesan moral.
5. Model Role Playing
a. Kebermaknaan Penggunaan Model Role Playing
Role Playing adalah salah satu model
pembelajaran yang perlu menjadi pengalaman belajar peserta didik, terutama
dalam konteks pembelajaran Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan didalamnya.
Sebagai langkah teknis, role playing sendiri tidak jarang menjadi pelengkap
kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dengan stressing model pendekatan
lainnya, seperti inkuiri, ITM, Portofolio, dan lainnya. Secara komprehensif
makna penggunaan role playing dikemukakan George Shaftel (Djahiri, 1978: 109)
antara lain :
a) untuk menghayati
sesuatu/hal/kejadian sebenarnya dalam realitas kehidupan.
b) agar memahami apa yang menjadi sebab
dari sesuatu serta bagaimana akibatnya;
c) untuk mempertajam indera dan
perasaan siswa terhadap sesuatu;
d) sebagai penyaluran/pelepasan tensi
(kelebihan energi psykhis) dan perasaan-perasaan;
e) sebagai alat diagnosa keadaan;
f) ke arah pembentukan konsep secara
mandiri;
g) menggali peran-peran dari pada dalam
suatu kehidupan/kejadian/keadaan, menggali dan meneliti nilai-nilai (norma) dan
peranan budaya dalam kehidupan;
h) membantu siswa dalam
mengklarifikasikan (memperinci) pola berpikir, berbuat dan keterampilannya
dalam membuat/ mengambil keputusan menurut caranya sendiri;
i) membina siswa dalam kemampuan
memecahakan masalah.
b. Langkah-langkah Role Playing
Adapun langkah-langkahnya, Djahiri
(1978: 109) mengangkat urutan teknis yang dikembangkan Shaftel yang terdiri
dari 9 langkah dalam tabel berikut.
No.
Urutan Langkah
Kegiatan dan Pelakunya
1. Penjelasan umum
1.1. Mencari atau mengemukakan
permasalahan (oleh guru atau bersama siswa).
1.2. Memperjelas masalah/ topik
tersebut (guru).
1.3.
Mencari bahan-bahan, keterangan atau penjelasan lebih lanjut, dengan menunjukan
sumbernya (guru & siswa).
1.4. Menjelaskan tujuan, makna dari
role playing.
2. Memilih para pelaku
2.1. Menganalisis peran yang harus
dimainkan (guru bersama siswa).
2.2. Memilih para pelakunya (dibantu
guru).
3. Menentukan Observer
3.1. Menentukan observer dan
menjelaskan tugas dan peranannya (guru & siswa).
4. Menentukan jalan cerita
4.1. gariskan jalan ceritanya.
4.2. tegaskan peran-peran yang ada
didalamnya.
4.3. berikut gambaran situasi
keadaan cerita tersebut (guru + siswa).
5. Pelaksanaan (bermain)
5.1. Mulai melakonkan permainan
tersebut
5.2. Menjaga agar setiap peran
berjalan.
5.3. Jagalah agar babakan-babakan
terlihat jelas.
6. Diskusi dan permainan
6.1. Telaah setiap peran, posisi,
dan permainan.
6.2. diskusikan hal tersebut berikut
saran perbaikannya.
6.3. Siapkan permainan ulangan.
7. Permainan ulang dan diskusi serta
penelaahan
7.1. Seperti sub 5 dan sub 6
8. Mempertukarkan pikiran,
pengalaman dan membuat kesimpulan
8.1.
Setiap pelaku mengemukakan pengalaman, perasaan dan pendapatnya.
8.2.
Observer mengemukakan penilaian pendapatnya.
8.3.
Siswa dan guru membuat kesimpulan dan merangkainya dengan topik / konsep yang
sedang dipelajarinya.
6. Model Portofolio
a. Makna Pembelajaran Portofolio
Portofolio dalam pendidikan mulai
dipergunakan sebagai salah satu jenis model penilaian (Assesment) yang berbasis
produk, yakni penilaian yang didasarkan pada segala hasil yang dapat dibuat
atau ditunjukan peserta didik, kemudian dihimpun dalam sebuah ‘map jepit’
(portofolio) untuk dijadikan bahan pertimbangan guru dalam memberikan asesmen
otentik terhadap kinerja peserta didik.
Sapriya (Winataputra, 2002: 1.16)
menegaskan bahwa: “portofolio merupakan karya terpilih kelas/siswa secara
keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan publik untuk
membahas pemecahan terhadap suatu masalah kemasyarakatan”. Makna pembelajaran
berbasis portofolio dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah memperkenalkan
kepada peserta didik dan membelajarkan mereka “pada metode dan langkah-langkah
yang digunakan dalam proses politik” kewarganegaraan / kemasyarakatan.
b.
Langkah-langkah Penbelajaran Portofolio
Secara teknis pendekatan portofolio
dimulai dengan membagi peserta didik dalam kelas ke dalam beberapa kelompok,
lajimnya dilakukan menjadi 4 atau sesuai menurut keadaan dan keperluannya.
Berdasarkan urutannya, setiap kelompok membidangi tugas dan tanggungjawab
masing-masing, antara lain:
1. Kelompok portofolio-satu; Menjelaskan masalah, dalam
tugasnya kelompokini bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang telah
mereka pilih untuk dikaji dalam kelas.
2. Kelompok portofolio-dua; Menilai kebijakan alternatif
yang diusulkan untuk memecahkan masalah, dalam tugasnya kelompok ini
bertanggung jawab untuk menjelaskan kebijakan saat ini dan atau kebijakan yang
dirancang untuk memecahkan masalah.
3. Kelompok portofolio-tiga; Membuat satu kebijakan publik
yang didukung oleh kelas, dalam tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk
membuat satu kebijakan publik tertentu yang disepakati untuk didukung oleh
mayoritas kelas serta memberikan pembenaran terhadap kebijakan tersebut.
4. Kelompok portofolio-empat; Membuat satu rencana tindakan
agar pemerintah (setempat) dalam masyarakat mau menerima kebijakan kelas. Dalam
tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat suatu rencana tindakan
yang menujukkan bagaimana warganegara dapat mempengaruhi pemerintah (setempat)
untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas.ang apa yang telah
dipelajari.
Pada saat itu juga siswa yang
belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor
sebaya (peer group) dan belajar secara bekerjasama (cooperative). Pada MPCL,
guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber dalam PBM, tetapi
berperan sebagai mediator, stabilisator, dan manajer pembelajaran. Iklim
belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan
memberikan kesempatan yang optimal bagi siswa untuk memperoleh informasi yang
lebih banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan sekaligus melatih sikap dan
keterampilan sosialnya sebagai bekal dalam kehidupannya di masyarakat, sehingga
perolehan dan hasil belajar siswa akan semakin meningkat
7. Metode Pemecahan Masalah (Problem
Solving)
Metode pemecahan masalah (problem
solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan
melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau
perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah
investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
a) Melatih siswa untuk mendesain suatu
penemuan.
b) Berpikir dan bertindak kreatif.
c) Memecahkan masalah yang dihadapi
secara realistis
d) Mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan.
e) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil
pengamatan.
f) Merangsang perkembangan kemajuan
berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
g) Dapat membuat pendidikan sekolah
lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
Kelemahan metode problem solving
sebagai berikut:
Beberapa
pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya
alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta
akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. Memerlukan alokasi
waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
8. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara
mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda.
Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja
individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta
tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan
sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka,
ramah , lembut, dan santun. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil
kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa
dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah
UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:
a.
Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi
dan mekanisme kegiatan
b.
Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati
4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level
tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh
siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja
tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
c.
Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang
telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu
(misal 3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya
diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor
yang diperolehnaya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
d.
Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.),
dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan
gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e.
Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual,
berikan penghargaan kelompok dan individual.
9. Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu
metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik
siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa
dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang.
Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang
lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang
ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan
kontra diberikan kepada guru. Selanjutnya
guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi
kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam
prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model
berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus
melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung
ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen)
untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha
berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas
kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat
ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin
bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat
kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator
dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
10. VAK (Visualization, Auditory,
Kinestetic)
Model pebelajaran ini menganggap
bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di
atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya
dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah
pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.
11. NHT (Numbered Head Together)
NHT
adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan,
buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan
persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa
tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat
tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor
siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis
individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri
reward.
12. Jigsaw
Model
pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti berikut
ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan
ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam
kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tuiap
kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang
sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal,
pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan
dan evaluasi, refleksi.
13. TPS (Think Pairs Share)
Model
pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan
materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok
dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok
(share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis
dan berikan reward.
14. GI (Group Investigation)
Model
koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan
orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi
pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan
keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahn data
penyajian data hasi investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan
siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
15. MEA (Means-Ends Analysis)
Model
pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah
dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis
heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi
perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi
solusi
16. Model Student Teams –
Achievement Divisions (STAD)
Siswa
dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota
lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
a) Membentuk kelompok yang anggotanya 4
orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll).
Guru menyajikan pelajaran
b) Guru memberi tugas kepada kelompok
untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada
anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
c) Guru memberi kuis / pertanyaan
kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
d) Memberi evaluasi.
e) Penutup.
Kelebihan:
a)
Seluruh siswa menjadi lebih siap.
b)
Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
a)
Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
b)
Membedakan siswa.
17. Talking Stick
Sintak pembelajana ini adalah: guru
menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada
wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa
yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad
siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing
kesimpulan-refleksi-evaluasi.
Sintaknya adalah: Informasi materi
secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas
materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan
pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara
bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi
18. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah
pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya
menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan
pengetahuan sikap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang
dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi
pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses
tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa
mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari
prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk
mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai
dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan
tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa,
bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia
sedang belajar, ia telah berpartisipasi.
0 komentar:
Posting Komentar