Assalamualaikum...
pernahkah Anda berpikir, boleh jadi tidur
kita malam ini adalah tidur yang terakhir. Esok hari semua orang di
sekitar kita terbangun. Tapi kita tidak. Betapa tipisnya batas antara
hidup dan mati. Keduanya dipisahkan hanya oleh tidur, bapak saya pernah
menyampaikan sebuah hadist..
” Jika engkau akan tidur; berwudlu’lah seperti wudlu untuk sembahyang, kemudian berbaringlah pada pinggang sebelah kanan…”
( HR.Bukhari, Muslim )
Mungkin, maksud bapak saya, jika kebablasan mati, kita dalam keadaan
berwudlu. Bertemu Allah dalam kondisi tersuci. Betapa indahnya…
Apalagi, jika berangkat tidur, kita berdoa seperti yang diajarkan oleh
Rasulullah saw. Beliau mengajarkan agar menjelang tidur kita berserah
diri kepada Allah. “Bismika allahumma ahya wabismika amuut…” Dengan
NamaMu ya Allah aku hidup, dan dengan NamaMu aku mati…
Sungguh tidur
yang tenang. Tidur yang aman. Dan tentram. Semua kita pasrahkan kepada
Allah. Termasuk hidup dan mati kita. Karena kita tahu, bahwa hidup dan
mati ini memang bukan milik kita. Ini semua milik Allah. Kapan pun Dia
mau mengambilnya kita serahkan dengan sepenuh hati. Seikhlas-ikhlasnya.
Nah, karena dalam tidur kita kehilangan kesadaran sepenuhnya, maka kita
pun tidak tahu apakah kita masih bisa sadar kembali atau akan ‘tidur’
selama-lamanya. Siapa yang berani menjamin bahwa kita besok pasti akan
terbangun kembali? Tidak ada. Seorang dokter yang paling hebat pun,
tidak berani menjamin bahwa orang yang tidur itu pasti akan bangun
kembali di esok hari.
Paling-paling dia hanya berani berkata:
mungkin atau mudah-mudahan, esok dia bangun seperti sedia kala. Hidup
kita ini hanya bermain-main dengan kemungkinan dan probabilitas. Tidak
ada yang pasti. Segala kepastian itu hanya milik Allah saja. Maka
sandarkan saja kepada Allah yang Maha Berkuasa. Di Genggaman
TanganNya-lah hidup dan mati kita berada…
Begitu terbangun dari
tidur di esok hari, kita sangat bersyukur. Karena ternyata Allah masih
mengijinkan kita untuk menikmati hidup. Kita masih diberi kesempatan
umur. Padahal orang-orang di sekitar kita, boleh jadi telah diputuskan.
Maka, orang yang demikian akan berucap alhamdulillah begitu terbangun
dari tidurnya. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah bahwa setiap
bangun dari tidur kita dianjurkan untuk mengucapkan:
alhamdulillahillaadzil ahyaana ba’da maa amaatana wa ilaihi nusyuur.
Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan aku dari matiku dan
kepadaNya kita bakal kembali.
Rasa syukur tiada berhingga kita
sampaikan kepadaNya sesaat setelah terbangun dari tidur. Kita bisa
tersadar kembali dari tidur lelap. Dari rasa ‘lenyap’ semalaman. Betapa
besarnya Kasih dan SayangNya kepada kita. Padahal, kita kan sudah
‘hilang’ dan tidak merasakan apa-apa selama beberapa jam…
Tidak cuma
itu, kita juga diberi ingatan kembali olehNya. Bayangkan jika bangun
tidur kita kehilangan ingatan. Betapa menderitanya. Kita tidak ingat
lagi istri dan anak-anak kita. Kita tidak ingat lagi sahabat-sahabat dan
teman sekerja. Kita tidak ingat lagi makanan kesukaan. Kita tidak ingat
lagi semua yang ada di sekitar.
Oh, betapa tersiksanya. Kita
kehilangan seluruh keindahan yang ditaburkan Allah di alam sekitar dan
di sepanjang kehidupan yang telah kita jalani. Alhamdulilah, Allah masih
mengembalikan ingatan.
Betapa besar kasih sayangNya kepada kita…
Kita pun masih diijinkan untuk menikmati berbagai hal yang terkait
dengan kesehatan. Masih diijinkan untuk bisa melihat dan membuka mata.
Bagaimana jadinya, jika bangun tidur kita tidak bisa melihat indahnya
dunia. Tidak bisa mendengar merdunya suara. Tidak mampu menggerakkan
anggota badan. Tidak bisa turun dari pembaringan. Tidak bisa berjalan.
Dan seterusnya. Dan seterusnya.
Tidak akan ada habisnya kita
sebutkan kenikmatan yang telah diberikan Allah kepada kita. Semuanya
karena Dia sangat menyayangi kita. Maka, itulah yang diajarkan
Rasulullah saw kepada kita agar selalu mengingat setiap kenikmatan yang
tiada terkira itu.
Itulah tanda, bahwa kita senantiasa ingat kepada
Allah. Mau tidur ingat. Bangun tidur juga ingat. Bahkan di dalam tidur
pun kita telah berserah diri kepadaNya. Inilah makna Dzikir yang
sesungguhnya. Dalam keadaan apa pun. Termasuk di dalam tidur lelap
semalaman…
wassalamualaikum..
Rabu, 17 Februari 2016
RENUNGAN SEBELUM TIDUR
17.18
No comments
0 komentar:
Posting Komentar